Penipuan Telegram

Bagaimana cara menghindari penipuan di Telegram?

Dengan meningkatnya aktivitas penipuan di Telegram, mengetahui penipuan Telegram ini dan cara menghindarinya menjadi suatu keharusan. Berikut adalah tips praktis untuk bantuan Anda tetap aman di Telegram:

Metode 1. Aktifkan verifikasi dua langkah

Telegram memungkinkan setiap pengguna untuk mengaktifkan verifikasi dua langkah, karena ini menambah lapisan keamanan ekstra pada akun mereka. Untuk melakukan ini:

Langkah 1. Buka pengaturan di Anda aplikasi Telegram.

Langkah 2. Klik privasi dan keamanan. Pilih “Verifikasi Dua Langkah.”

Langkah 3. Anda akan diminta untuk menetapkan kata sandi tambahan.

Langkah 4. Lakukan itu, dan kembali ke pengaturan .

Langkah 5. Selanjutnya, Anda perlu mengatur email pemulihan. Masukkan alamat email, dan kode akan dikirim untuk memverifikasi email.

Langkah 6. Masukkan kode, dan kembali ke pengaturan . Verifikasi dua langkah Anda telah diaktifkan.

Metode 2. Verifikasi keaslian

Selalu periksa kembali keabsahan pesan, terutama jika berkaitan dengan informasi pribadi atau pembayaran. Meskipun pesan ini berasal dari orang tepercaya, sebaiknya hubungi melalui video atau audio untuk mengonfirmasi, sebelum membagikan detail sensitif. Terkadang, akun mereka mungkin juga telah disusupi, dan penipu menggunakannya untuk mengakses Anda.

Selain itu, Anda dapat menggunakan pengatur waktu pesan Telegram untuk menetapkan batas berapa lama pesan diperbolehkan muncul di kotak obrolan Anda dan penerima tepercaya. Lakukan ini, kalau-kalau akun mereka diretas di kemudian hari.

Metode 3. Bergabunglah dengan saluran tepercaya

Selalu bergabung dengan saluran terverifikasi dan tepercaya untuk mendapatkan berita, pembaruan, peluang investasi, dan interaksi grup. Jika tawaran tersebut mencurigakan atau terlalu muluk-muluk, disarankan untuk keluar dari grup tersebut.

Metode 4. Batasi informasi pribadi

Berhati-hatilah dalam membagikan detail pribadi, bahkan dengan kontak yang tampak familier.

Legalitas dan Keamanan Bot Telegram Penghasil Saldo Dana

Nah, dengan sistem penghasil uang seperti tadi, apakah benar bot Telegram yang menawarkan saldo DANA ini aman dan bisa dipercaya? Seperti yang sudah kita duga, ternyata semua bot Telegram yang menjanjikan saldo DANA adalah penipuan.

Setelah Jaka melakukan penelusuran dari berbagai sumber di internet, banyak testimoni dari pengguna yang menyatakan bahwa bot Telegram yang menjanjikan penghasilan hanyalah modus penipuan dari pembuat bot itu sendiri.

Apalagi, pada grup Telegram kamu diminta untuk memberikan sejumlah uang atau pulsa kepada admin sebagai persyaratan untuk mencairkan saldo DANA dari bot. Hal ini tentunya sangat berbahaya! Uangmu bisa saja diambil oleh admin tanpa adanya proses pencairan yang sebenarnya.

Sampai hari ini, Jaka belum menemukan testimoni dari pengguna yang berhasil mencairkan penghasilan dari bot Telegram. Oleh sebab itu, Jaka menyarankan untuk tidak menggunakan bot penghasil uang seperti ini sama sekali!

Baca Juga: Auto Cuan! Begini Cara Main Telegram Dapat Uang, Dijamin Untung!

Ini adalah kisah tragis yang harus kuhadapi pada tanggal 17 Ramadan 1445 Hijriyah atau 28 Maret 2024 lalu. Di masa pensiun, ketika sudah tidak lagi menerima gaji, aku terjebak dalam penipuan “menyelesaikan misi bersama” dalam mempromosikan Drama Korea iQIYI atas nama PT Fastech Media Indonesia. PT Fastech Media Indonesia sendiri sepekan setelah kejadian melalui Instagram telah menyatakan bahwa event iQIYI itu adalah hoax, .

Pada awalnya, aku enggan menceritakan, bahwa aku telah tertipu dan rekening tabunganku disapu bersih penipu, namun memutuskan untuk menceritakannya setelah mengetahui, masih ada saja, yang tertipu dengan modus kurang lebih sama.

Ketika aku bercerita bahwa aku telah tertipu dan uang tabunganku melayang hingga Rp86,5 juta, respon yang kuterima hampir serupa,” Lho, kok bisa?” Sejujurnya, itu pertanyaan yang sama dari diriku sendiri. Kok bisa aku tertipu? Sebagai orang yang dianggap memiliki wawasan cukup luas terkait berbagai masalah ekonomi bisnis, cukup aneh jika tertipu. Qodarullah, aku memang tertipu. Terasa konyol dan bodoh, tapi itulah yang terjadi. Aku sedang lengah.

Saat itu, siang hari sekitar pukul 10.30, aku tengah merebahkan diri setelah terapi sambil membaca berbagai pesan grup di aplikasi telegram. Ada grup yang asing dan aku tidak tahu siapa yang mengundang. Aku diajak ikut mempromosikan Drama Korea, dan dijanjikan dapat komisi. Pada awalnya aku menolak dan keluar dari grup. Namun, tak lama kemudian, seorang bernama Mifta Zahla mengirim pesan dan mau membantuku jika ada kendala.

“Saya akan bantu Kakak, jika ada kendala,”kata Mifta dalam pesan pribadi di Telegram.

“Tidak ada kendala apa-apa, saya hanya tidak tertarik dan tidak mau ikut,” jawabku.

Mifta terus berusaha meyakinkanku untuk ikut event tersebut, dan singkat cerita, akhirnya aku terbujuk untuk bergabung melakukan tugas mempromosikan Drama Korea. Mifta mengarahkan aku ke seorang mentor bernama Irfan Leosandi dan mengaktifkan tugas, dengan beberapa opsi pembayaran dan komisi yang didapat.

Mentor Irfan mengarahkanku untuk bergabung ke Grup Telegram Kombinasi 669. Di dalam grup itu, Mentor Irfan memberikan 10 tugas, yang harus dilakukan para peserta, yang saat itu sebanyak 11 orang. Pada awal pelaksanaan tugas, para peserta diarahkan untuk memilih satu dari 3 opsi, dengan biaya dan komisi yang berbeda. Saya memilih opsi dengan biaya paling murah, karena saat itu hanya coba-coba, yakni 100.888 dengan komisi sekitar 21 ribu rupiah. Setelah membayar 100.888 dan menjalankan tugas dengan menscreenshot poster iklan drama korea, aku menerima dana sekitar 121 ribu rupiah yang ditransfer ke rekeningku. Setelah itu, Mentor Irfan mengarahkanku untuk melakukan top up, dengan opsi satu juga sebesar 500 ribu rupiah, dan memberikan tugas berikutnya. Setelah selesai, dana sebesar 600.000 rupiah masuk ke rekeningku. Nilai top up kemudian naik menjadi 2.800.000 untuk opsi 1, 4.800.888 (opsi 2) dan 8.800.888 (untuk opsi 3). Setelah membayar 2.800.000 dan menyelesaikan tugas, pihak penyelenggara event tidak menstransfer dana seperti sebelumnya dan Mentor Irfan memberikan tugas berikutnya hingga tugas ke 7. Pada tugas ke 7 ini, Mentor Irfan mendorong untuk melakukan top up senilai 13.000.888. Aku mulai ragu. Mentor Irfan menyebut, para peserta harus melakukan top up jika ingin pencairan dana yang telah dibayarkan beserta komisinya. Seluruh peserta begitu semangat membayar biaya top up dan mengirimkan screenshot bukti transfer top up. Di tengah keraguanku membayar biaya top up, salah seorang peserta dalam Grup Kombinasi 669 ini, mengirim pesan pribadi dan mengatakan bahwa ia juga ikut event karena tetangganya benar-benar menerima komisi dari event ini.

Aku seperti orang yang terhipnotis kehilangan akal. Aku terus transfer ke nomor rekening Bank DBS yang dituju:1707659799, atas nama Sandra Aliyah sebesar 13.800.888 hingga tugas ke 10, harus transfer 26.000.888. Aku mulai panik dan marah. Aku masih berpikir untuk bisa mencairkan uang yang sudah kutransfer, hingga mau melakukan transfer. Aku pikir aku bisa menyelamatkan uangku.

Daar! Seperti petir di siang bolong, aku tersadarkan, bahwa komisi tidak cair, meski telah menjalankan tugas ke 10 atau tugas terakhir. Mentor Irfan menyebut, para peserta harus membayar pajak 33 juta agar bisa mencairkan seluruh dana yang telah disetorkan beserta komisi sebesar 99 juta rupiah. Aku mulai marah dan berdebat panjang dengan Mentor Irfan. Sementara, peserta lainnya dengan mudah menyerahkan dana 33 juta rupiah agar bisa mencairkan dana 99 juta rupiah tersebut. Dua dari 11 peserta, mendapatkan pencairan dana 99 juta dan keduanya diijinkan untuk keluar grup, sementara 9 peserta sisanya, masih harus menyetorkan dana 33 juta rupiah. Aku tidak mau membayar 33 juta yang disebut Mentor Irfan sebagai pajak untuk menghindari money laundering. Alasan yang tidak masuk akal bagiku. Selain itu, aku juga sudah tidak punya uang lagi.

Mentor Irfan marah dan mendesak agar aku segera mencari pinjaman, termasuk pinjaman online. Aku menolak pinjaman online. Irfan pun terus mendesak agar aku membayar dan menyarankan aku untuk meminjam ke orang yang sudah mendapatkan pencairan dana. Satu dari dua orang peserta, yang disebut telah menerima pencairan dana 99 juta, bernama Ridduwaan, bersedia membantu 20 juta rupiah dan dikirimkan langsung ke rekening Sandra Aliyah. Sementara aku harus menambahkan 13,5 juta. Akhirnya aku menyetujui untuk mengirimkan 13,5 juta rupiah, dari dana di rekeningku yang tinggal tersisa 15 juta rupiah, yang kukirimkan ke rekening BCA nomor 9503113500888 atas nama Ayuni Adha Febbyaningtyas. Ridduwaan meminjami uang 20 juta, namun tidak mengirimkan uangnya ke rekeningku, melainkan langsung ke penyelenggara, atas nama Sandra Aliyah. Setelah aku mentransfer dana tersebut, tetap saja tidak cair, dengan alasan, sistem sedang limit score, karena banyak pencairan senilai 100 juta, sehingga peserta harus menambah setoran 10 juta untuk bisa mencairkan dana beserta komisi 150 juta. Mentor Irfan menyebut, pihak perusahaan telah memberikan keringanan, dari yang seharusnya membayar 50 juta rupiah.

Aku sudah menyerah. Semua anggota grup setor lagi 10 juta kecuali aku. Mereka mengirimkan screenshot transferan 150 juta untuk meyakinkan bahwa komisi yang dijanjikan benar-benar nyata.

Aku tetap menyerah, aku harus berhenti. Mentor Irfan marah dan menyebut aku satu-satunya dari 10 ribu peserta yang paling bawel dan tidak mau usaha.

“Gunakan otak sehat. Uang 150 juta tidak akan cair kalau tidak menambah 10 juta, “ kata Irfan.

“Kamu harus berusaha maksimal seperti yang lain. Mereka bisa pinjam ke sana kemari untuk bisa memenuhi setoran, ” lanjut Irfan.

Meski “hanya” 10 juta, aku tetap harus berhenti. Aku sudah kehilangan seluruh tabunganku, dan aku tidak mau menambah utang yang 10 juta.

Keesokan harinya, Mifta mengirim pesan agar aku membayar 10 juta agar pencairan 150 juta bisa dilakukan. Dia terus mendesak dan bahkan menyarankan untuk pinjam uang 10 juta ke Pinjol. Dia juga mengaku perusahaannya sudah memberikan keringanan penurunan setoran dari seharusnya 50 juta.

Aku terguncang, marah dan merasa bodoh. Aku didera penyesalan karena terbujuk untuk mencoba ikut serta event promosi drama Korea. Namun, aku harus fokus mengatasi masalah keuanganku. Ini adalah pelajaran bagiku, untuk tidak lengah menghadapi berbagai macam modus penipuan yang sangat marak terjadi. Korban penipuan terus ada, setelah aku, dengan modus yang kurang lebih sama. Pada pertengahan bulan Mei, setidaknya ada dua orang yang kena tipu, dengan kerugian 147 juta dan 120 juta rupiah. Beware! Banyak penipu yang siap menyapu bersih saldo rekening Anda dengan berbagai cara. (JG)

Diluncurkan pada 14 Agustus 2013, Telegram saat ini menjadi salah satu platform perpesanan terpopuler. Saat ini memiliki lebih dari 900 juta pengguna aktif bulanan. Sebagian besar pengguna ini lebih memilih Telegram karena tingkat privasi dan keamanannya yang tinggi. Ada juga fitur berbagi file berukuran besar, tidak seperti kebanyakan platform media sosial yang hanya mengizinkan berbagi file berukuran bit.

Pada April 2020 hingga 2024, Telegram tumbuh sebanyak 500 juta pengguna. Di antara pengguna tersebut terdapat penipu yang ingin memanfaatkan pengguna lain. Belakangan ini terjadi peningkatan Telegram penipuan secara nasional. Oleh karena itu, kami menganggap pantas bagi pengguna untuk mempersenjatai diri dengan pengetahuan yang diperlukan untuk melindungi diri dari penipuan ini.

Dalam artikel ini, kami akan menjelajahi delapan penipuan Telegram yang umum terjadi pada tahun 2024 dan memberikan tips tentang cara mengidentifikasi dan menghindarinya.

Daftar Bot Telegram Penghasil Saldo DANA yang Harus Kamu Hindari

Nah, supaya kamu bisa berhati-hati, berikut daftar bot Telegram penghasil saldo DANA yang harus kamu waspadai. Jangan gunakan link Telegram penghasil uang ini supaya uangmu tidak raib!

DANA Kaget Bot Telegram Penghasil Uang

Uang Tunai Gratis - Bot Telegram Penghasil Uang

dClinic - Bot Telegram Penghasil Uang

Uang Tunai (@uangtunai_bot)

OVO ID (@FreeOVO_BOT)

Dana Kaget (@DuitKlik1bot)

DAGET FREE (@dana_kaget_freebot)

Gopay ID (@Gopay_id_bot)

E-Wallet Ku (@Ewallet_Idbot)

Share Duit (@Shareduit_bot)

Dana Kaget (@Dana_Kaget_Bot)

Uang Tunai Gratis (@TunaiGratiis)

Uang Tunai Gratis (@uang_tunai_gratis_bot)

Gopay Gratis ID (@GopayReferrall_bot)

Gopay Gratis (@ModalUsahaabot)

Ambil Dana Kaget 100% (@LangsungCairDANA_bot)

Duit Klik (@DuitKlik1bot)

E-Wallet ID (@Ewallet_Idbot)

Share Duit (@Shareduit_bot)

OVO Gratis (@FreeOVO_BOT)

Gopay Gratis (@Gopay_id_bot)

DAGET FREE (@dana_kaget_freebot)

Dana Kaget (@Dana_Kaget_Bot)

Tunai Gratis (@TunaiGratiis)

Modal Usaha (@ModalUsahaabot)

Gopay Gratis ID (@GopayReferrall_bot)

Tunai Gratis (@uang_tunai_gratis_bot)

Cair DANA Langsung (@LangsungCairDANA_bot)

Waspada Modus Penipuan di Telegram: Lindungi Diri Anda dengan Tips Berikut

Sobat Humas, Saat ini, banyak modus penipuan di Telegram. Hal ini harus Sobat waspadai. Jika Sobat pernah menerima pesan tentang seseorang yang menjanjikan peluang penghasilan besar dengan sedikit usaha, Sobat patut mencurigainya.

Modus penipuan di Telegram biasa dilakukan dengan mengirimkan iklan hingga pesan peniruan seperti mengaku sebagai orang lain yang Sobat kenal.

- Mengaktifkan Two Factor Authentication (2FA)

- Menggunakan Browser Versi Terbaru

- Verifikasi Keamanan Situs Web yang Dikunjungi,

serta Email dan Obrolan yang Diterima

- Jangan Pernah Memberikan Informasi Pribadi ke Situs Tidak Terpercaya

- Gunakan Kata Sandi Berbeda unt

Beberapa modus penipuan online yang memanfaatkan trik social engeneering via pesan singkat sempat viral di media sosial sepanjang 2022 hingga tahun ini. Simak daftarnya agar Anda tak ikut jadi korban.

Kasus-kasus semacam ini antara lain penipuan sedot rekening dengan memanfaatkan file apk dengan modus kurir paket, undangan nikah, surat tilang elektronik (eTLE), tagihan internet, lowongan pekerjaan, hingga operator seluler, serta penipuan like dan subscribe/follow.

apk (formatnya .apk) merupakan kependekan dari Application Package File, yang adalah format berkas yang digunakan untuk mendistribusikan dan memasang software dan middleware ke ponsel dengan sistem operasi Android.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biasanya, apk tidak ada di toko aplikasi resmi seperti Google Playstore. File jenis ini kerap dimanfaatkan untuk mengunggah malware atau program jahat yang bisa membuat pelaku mengakses SMS di Hp korban hingga bisa menguras rekeningnya.

Pakar keamanan siber sekaligus pendiri Ethical Hacker Indonesia, Teguh Aprianto, menjelaskan penipuan dengan modus ini tekniknya tak jauh dari aplikasi ilegal yang bisa mengakses SMS untuk mendapatkan One Time Password (OTP).

"Soal modus penipuan seperti ini, ketika korban lengah dan menginstall aplikasi tersebut, maka pelaku akan memiliki akses untuk membaca dan juga mengirimkan SMS. Dari sana bisa melebar kemana-mana," kata Teguh lewat Twitternya 2022.

Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan pada dasarnya untuk mencegah jadi korban adalah tak memedulikan kiriman file apk.

"Jangan didownload apk. APK itu kan kaya program. Waktu kamu buka itu kan pasti dia download softwarenya," kata dia di sela acara Peluncuran Literasi Digital Publik 2022, Rabu (1/2).

Pelaku pembuat apk dan komplotan penipu modus apk ini sendiri sudah ditangkap polisi. Periode 30 Desember 2022 - 7 Januari 2023, 58 orang ditetapkan sebagai tersangka.

Pembuat program jahat penguras rekening modus undangan nikah, yang terungkap, adalah mahasiswa berinisial AI (20), warga Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

"Pencipta aplikasi ini sudah ditangkap oleh Tim Siber Mabes Polri berdasarkan laporan korbannya," kata Kasubdit Siber Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Sulsel Kompol Sutomo, Rabu (1/2).

AI membuat aplikasi itu untuk dijual. Pembelinya itulah yang melakukan berbagai penipuan.

Untuk lebih lengkapnya, simak beberapa riwayat penipuan online yang belakangan ramai:

Penipuan ini jadi yang pertama yang viral dari modus apk, di akhir 2022.

Kasus ini terungkap dari unggahan di Instagram dari akun @evan_neri.tftt yang menunjukkan tangkapan layar chat Telegram dengan penipu yang mengaku sebagai kurir dari J&T Express.

Dalam chat tersebut, penipu mengirimkan lampiran dengan nama file 'LIHAT Foto Paket' kepada korban, tetapi dalam bentuk apk.

Sayangnya, korban tidak jeli sehingga mengklik file tersebut dan mengunduhnya yang berujung saldo mobile bankingnya ludes. Ia menjelaskan korban tidak pernah menjalankan atau membuka apliaksi apapun, serta mengisi user ID atau password di situs lain.

Akun ini menyebut aplikasi yang dikirimkan penipu ini kemungkinan berjalan di latar belakang dan mengambil data korban, sehingga membuat penipu dapat mengakses akun perbankan korban.

Di akun Instagramnya, pihak J&T Express selaku penyedia jasa kurir yang namanya dicatut dalam kasus penipuan ini mengatakan pihaknya tidak pernah meminta pelanggan untuk mengunduh aplikasi melalui chat.

"Sprinter J&T Express 𝗧𝗜𝗗𝗔𝗞 𝗣𝗘𝗥𝗡𝗔𝗛 meminta J&T Friends untuk mengunduh aplikasi melalui Whatsapp atau chat. Aplikasi resmi kami hanya ada di App Store dan Play Store dengan nama pencarian 'J&T Express'," jelasnya pada Sabtu (19/11).

Usai modus kurir terungkap, penipuan jenis apk berubah wajah menjadi modus undangan nikah. Akun Twitter @txtfrombrand membagikan tangkapan layar yang isinya percakapan antara penipu dan calon korban.

Dalam postingannya, penipu mengirimkan file apk atau aplikasi dengan judul 'Surat Undangan Pernikahan Digital' dengan ukuran 6,6 MB. Disusul dengan pesan yang isinya "Kami harap kehadirannya,".

"Setelah bukti resi, sekarang penipuan pakai kedok undangan nikah," kicau akun @txtfrombrand.

Tak tanggung-tanggung, penipu juga mengajak calon korbannya untuk membuka file apk yang dikirimkan itu, dengan dalih agar korban mengecek apakah isi file tersebut benar ditujukan kepada korban.

Penipuan online modus kiriman file apk kembali berganti rupa lewat pengiriman surat tilang di WhatsApp, Maret 2023.

Beberapa warganet mengunggah chat dari kontak yang mengaku sebagai kepolisian yang menyatakan penerima pesan sudah melanggar lalu lintas.

Pengirim juga meminta untuk membuka data berjudul 'Surat Tilang-1.0.apk' yang turut diunggah dalam pesan WhatsApp itu.

"AWAS! Hati-hati terhadap penipuan menggunakan modus kirim surat tilang lewat WhatsApp seperti ini. Jangan sekali-kali mengklik/download file dgn ekstensi ".apk" dari orang tak dikenal di gadget anda," kicau akun @MurtadhaOne1.

Modus MyTelkomsel hingga like dan subscribe di halaman berikutnya...

Tip 1. Pilih kata sandi yang kuat untuk akun Telegram

Hindari penggunaan kata sandi yang mudah diketahui pada akun Telegram anak Anda. Bantuan mereka memilih kata sandi yang merupakan kombinasi huruf besar/kecil, kata, dan simbol.

Apa yang harus dilakukan jika Anda ditipu?

Jika Anda tidak sengaja menjadi korban penipuan Telegram, segera lakukan langkah-langkah berikut:

Langkah 1. Hentikan semua komunikasi

Ambil tangkapan layar percakapan dengan penipu, termasuk profil Telegram mereka, dan akhiri komunikasi Anda.

Langkah 2. Laporkan ke pihak berwenang

Berbekal screenshot, hubungi Telegram melalui Contact@notoscam, dan melaporkan kejadian tersebut.

Jika Anda telah membagikan informasi keuangan Anda, Anda perlu menghubungi bank Anda dan mengajukan laporan. Jika perlu, laporkan juga ke penegak hukum setempat.

Langkah 3. Amankan akun Anda

Ubah kata sandi Anda dan informasi login lainnya. Aktifkan juga verifikasi dua langkah pada akun Telegram Anda, jika Anda belum melakukannya.

Bagaimana cara mengetahui apakah pengguna Telegram adalah bot?

Bot sering kali membalas secara instan dan menggunakan sistem pesan otomatis. Selain itu, bot Telegram juga memiliki akhiran “bot” yang ditambahkan ke dalamnya.

Pembajakan akun Telegram melalui pertukaran SIM

Dalam penipuan pertukaran SIM, penipu mendapatkan akses ke nomor telepon pengguna dengan menipu penyedia seluler agar mentransfer nomor korban ke kartu SIM lain. Begitu mereka mengontrol nomor tersebut, mereka dapat mengakses akun Telegram dan informasi pribadi lainnya yang terhubung ke telepon. Mereka juga dapat mengatur ulang kata sandi akun, membajak identitas korban, dan mengakses informasi sensitif.

Penipu menggunakan informasi ini untuk mengelabui anggota keluarga atau teman agar memberikan uang mereka.

penipuan terbaru di Telegram pada tahun 2024

Sebagian besar penipuan Telegram dilakukan oleh pengguna yang bersembunyi di balik fitur anonim, berpura-pura menjadi seseorang yang bukan dirinya, memanipulasi emosi, atau menawarkan peluang finansial menguntungkan yang sulit untuk ditolak.

Di bawah ini, kami telah menguraikan delapan penipuan Telegram paling umum yang menjadi korban banyak pengguna pada tahun 2024: